Opening Sentak -----------------Semarang Gallery
Meniti Jalan Garis
Catatan Kuratorial : Suwarno Wisetrotomo


.....

Pada Antoni Eka Putra, garis digunakan sebatas sebagai ‘jalan masuk’ untuk membongkar gejala visual yang lama, dalam konteks spirit masa kini. Kali ini Anton mengubah karya-karya yang berpijak pada Piet Mondrian  (lahir di Amersfoort,1872, meninggal di New York, 1944), untuk menghadirkan visual yang baru. Karya-karya Anton seperti mengapropriasi karya-karya Mondrian dengan konteks kekinian; yaknigaris, warna, bidang, sebagai dirinya sendiri. Itulah pengertian tajuk “Post Piet”, yakni ‘menghadirkan’ kembali’ artefak’ lama (Mondrian) dengan spirit masa kini, berupa garis-garis dan warna-warna yang terbebaskan dari-dari beban pengertian, beban renungan, atau beban filsasfat.
Namun jangan lupa, bahwa Piet Mondrian ‘menemukan’ bahasa garis dan warna tersebut dengan pemahaman, pengertian, dan analisa yang kritis (tulisan-tulisan Mondrian yang banyak dipublikasikan, ketika ia memimpin gerakan De Stijl – atau dikenal pula dengan nama Neoplastisisme [lahir tahun 1917, digerakkan bersama seniman Theo van Doesburg dan Bart van der leck, serta sejumlah pematung dan arsitek], antara lain menegaskan, bahwa semua lukisan, esensinya terdiri dari garis dan warna. Oleh karena itu garis dihadirkan untuk dan atas nama garis itu sendiri, dan harus dibebaskan dari beban peniruan alam. Kemuadian, karena lukisan itu menempati bidang datar, maka bidang datar harus dihormati keberadaanya, dan terbebas dari ilusi ruang. Universalitas ditandai oleh bentuk yang semakin sederhana. Dan, warna primer (merah, kuning, biru) adalah warna yang murni, dan paling dekat dengan universalitas).
Pertanyaannya, apakah Antoni eka Putra berpijak dan mengolah lebih jauh gagasan Mondrian sebagai basis kerja kreatifnya? Jika ya, maka apa sesungguhnya yang ditawarkan ? Untuk sementara saya melihat, anton masih sebatas ‘memainkan’ Mondrian, yang digunakan sebagai pijakan gubahan karya-karyanya.   
....